Di daerah
pedesaan khususnya di Jawa Tengah, kecubung sebagai tanaman liar yang
tumbuh di kebun-kebun yang kadang dipakai sebagai pagar pekaranga.
Buahnya yang bulat dan berbintil-bintil menjadi alat permainan
anak-anak yang sangat menyenangkan.
Tanaman ini
termasuk keluarga Solanaceae, sekerabat dengan terung dan kentang.
Kecubung biasanya berbunga putih dan ungu, namun hibridanya berbunga
aneka warna. Diperkirakan tanaman ini pertama kali dipakai sebagai
obat-obat pada abad kesepuluh. Kecubung ada yang berasal dari Asia
Tenggara, namun ada juga yang berasal dari Benua Amerika.
Sebenarnya
jenis tanaman kecubung yang dapat dimanfaatkan sebagai obat sangat
banyak, di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia
suaviolens, namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung,
berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga
bukan obat yang didapat malah racun (menyebabkan pusing/teler) yang
sangat berbahaya.
Hampir seluruh
bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini
disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin
(atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropa belladona.
Alkahoid ini
bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji
kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung
kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit
pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak telinga.
Ketiga
alkaloida ini bersifat antikolinergik. Sampai saat ini digunakan oleh
industri farmasi sebagai sumber utama hyosciamin yang berkhasiat memberi
efek menenangkan kejang-kejang, khususnya perut. Daunnya mengandung
hyasciamin dan scopolamin yang berkhasiat mengobati asma, encok (linu
tulang) dan penyakit kulit.
Kecubung dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai keluhan penyakit, antara lain :